Translate

Translate

Selasa, 03 September 2013

Makan Arah Kiblat

Arah Kiblat Bermakna Untuk Menyatukan Hati dan Keimanan Umat Islam, oleh Ibnu Syirin S


Addthis
ImageImageSubhanallah, pada hari Jum’at 28 Mei 2010 umat Islam di seantero dunia tengah dipersatukan hatinya oleh Allah Swt melalui signal (cahaya/bayangan) dari benda yang terkena sinar matahari yang melintas tepat di atas ka’bah di Kota Mekkah pada hari Jumat (28/5) pukul 12.18 WIB waktu Arab Saudi atau pukul 16.18 WIB atau pukul 17.18 WITA. Bayangan tersebut menjadi petunjuk dan arah kiblat bagi umat muslim dalam melaksanakan ibadah shalat. Detik-detik yang mendebarkan tersebut telah penulis manfaatkan untuk melihat posisi dan arah kiblat Masjid Jami Al Huda Abdul Aziz salah satu masjid yang berlokasi Jatisari Jatiasih Kota Bekasi Jawa Barat yang berjarak 3,5 KM dari pintul tol keluar Jatiasih.
Dengan tercengang akhirnya diketahui bahwa masjid yang sejak 5 tahun didirikan tersebut ternyata tidak tepat arah kiblatnya dengan perbedaan 22,5 derajat dari arah semula, padahal pada saat bangunan didirikan, pihak pelaksanapun sebenarnya telah mengukur dengan berpedoman alat kompas. Kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah memang benar adanya pendapat yang mengatakan bahwa banyak masjid saat ini telah mengalami perubahan/pergeseran arah kiblatnya yang disebabkan beberapa faktor, antara lain: adanya pergeseran lempengan bumi akibat gempa bumi, kekurang akuratan alat pengukur (seperti kompas, dll) dan human error lainnya.    
Pimpinan Cabang NU Kabupaten Bekasi Munir Abbas mengatakan bahwa diperkirakan 1.000 lebih masjid, musholah, dan surau di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, salah arah kiblat.  Ia meminta pengurus masjid membenarkan arah kiblat menghadap Ka'bah.
Mensikapi hal tersebut umat Islam tentunya tidak perlu emosi atau merobohkan bangunan masjid yang sudah kokoh berdiri. Yang dapat dilakukan adalah merubah arah kiblat dan pengaturan shaf dalam masjid/musholla dengan menggeser sajadah/karpet/tikar, atau membuat garis baru dengan cat/lakban di lantai yang ada disesuaikan dengan arah kiblat yang telah di sepekati oleh para ulama setempat.
Pada saat hari pertama dilakukan perubahan tentunya masyarakat/jamaah masjid/musholla akan merasa kurang nyaman karena arah sembahyangnya tidak simetris dengan bangunan masjid/dinding yang ada. Tetapi setelah terbiasa maka masyarakat juga akan menerima perubahan arah kiblat tersebut.
Arah kiblat, bagi umat Islam tidak semata-mata sebagai patokan arah dalam beribadah, tetapi lebih dari itu ia merupakan karunia dan rahmat Allah SWT yang telah menyatukan hati umat Islam dalam bingkai ketaqwaan kepada Ilahirabbi.
Makna bathin yang musthi kita ambil adalah, masih banyak saudara kita yang walaupun dalam ibadah sudah searah dengan kiblat tetapi hatinya masih banyak yang bengkok alias tidak lurus dalam menggapai ridha Ilahi. Syaithon dan Iblis tidak akan tinggal diam dan akan terus cemburu kalau ada orang-orang yang mukhlis/ikhlas dalam beribadah kepada-Nya. Untuk merusak amalan bagi umat Islam maka syaithon dan Iblis akan selalu menebarkan permusuhan, keragu-raguan dan merusak niat dan amalan umat Islam. Oleh karena itu WASPADALAH-WASPADALAH!!!.
Perhatikan firman Allah Swt:
"Bukanlah kebajikan itu lantaran kamu memalingkan mukamu ke arah timur dan barat. Akan tetapi  kebajikan itu ialah bahwa kamu percaya kepada Allah dan hari Yang akhir dan Malaikat dan Kitab dari Nabi-nabi. Dan memberikan harta atas cinta kepadanya, kepada keluarga yang hampir dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan anak perjalanan dan orang-orang yang meminta dan penebus hamba sahaya. Dan mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat, dan orany orang yang akan memenuhi janji mereka apabila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar di waktu kepayahan dan kesusahan dan seketika peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. 2 : 177)

Dalam al Qur’an juga telah dijelaskan bahwasanya ke mana sajapun kita menghadapkan muka, di sana adalah wajah Allah. Penentuan arah kiblat bukanlah berarti bahwa di tempat yang dijadikan kiblat itu bersemayam Tuhan Allah. Kiblat hanya sekedar penyatuan arah seluruh orang yang shalat tanda­nya mereka mengikuti satu disiplin serta hati dan keimanan mereka disatukan oleh Allah Swt. Sekarang diberi lagi keterangan lebih mendalam:
Bukanlah kebajikan itu lantaran kamu memalingkan mukamu ke arah timur dan barat. Akan tetapi kebajikan itu ialah bahwa kamu percaya kepada Allah dan hari yang akhir dan malaikat dan kitab dan Nabi-nabi."(pangkal  QS:2 ayat 177)
Artinya, meskipun telah kita hadapkan muka kita ke timur dan ke barat ke Baitullah yang di Makkah atau ke Baitui Maqdis dahulunya, belumlah berarti bahwa pekerjaan menghadap itu telah bernama kebajikan, sebelum dia diisi dengan iman. Terutama bagi orang Islam, menghadap ke timur atau ke barat, menurut tempat kita berdiri seketika kita mengerjakan shalat. Misalnya kita orang Indonesia arah ke barat dan orang Amerika arah ke timur, belumlah itu berarti suatu kebajikan, kalau iman kita kepada yang mesti diimani masih saja goyah.
Pintu gerbang iman pertama ialah percaya kepada Allah dan yang percaya itu bukan saja akal atau ilmu, tetapi menimbulkan dalam jiwa, taat, cinta dan setia, menghamba kan diri dan patuh. Timbul cemas kalau-kalau amal tidak diterima, dan timbul keinginan dan kerinduan akan diberiNya kesempatan melihat wajahNya di hari akhirat itu. Iman kepada Allah dan hari akhirat menjadi pendorong untuk berbuat kebajikan. Moga-moga amal kita diridhai, dan iman kita diterima disisi Allah Swt, amin. Ibnu Syirin S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar